Madinaworld.id – Wakil Presiden Republik Indonesia K.H. Ma’ruf Amin mengungkapkan peluang yang dimiliki Indonesia dalam Presidensi G20 melalui ekonomi syariah. Hal tersebut disampaikan Wapres Ma’ruf pada acara Halal Bihalal Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI) yang digelar di Jakarta, Jum’at (10/6).
“Presidensi G20 dapat dimanfaatkan untuk menawarkan ekonomi syariah sebagai solusi bagi pemulihan ekonomi global yang inklusif dan berkelanjutan,” ujar Ma’ruf dalam pidato yang disampaikannya pada acara yang digelar secara hybrid tersebut.
Menurutnya, negara-negara, khususnya anggota G20, harus saling bahu membahu selama proses pemulihan ekonomi global. Salah satu tujuannya ialah agar tidak ada negara yang tertinggal. Hal ini juga merupakan salah satu potensi yang ada dalam pengembangan ekonomi syariah.
“Pulih satu, pulih semua. Hal tersebut sejalan dengan nilai-nilai Islam, sehingga capaian atas sektor prioritas G20 tersebut merupakan pondasi penting dalam pengembangan ekonomi islam,” jelas Ma’ruf.
Sebagai tuan rumah Presidensi G20, Wapres Ma’ruf menilai Indonesia memiliki momentum yang besar dalam upaya pemulihan ekonomi global. Menurutnya, hal tersebut dapat diwujudkan dengan terus menjalin kolaborasi antarnegara sesama anggota G20.
“Indonesia perlu berkolaborasi bersama negara-negara anggota G20 agar dunia mendapatkan manfaat jangka panjang dalam tiga sektor prioritas, yaitu penguatan arus arsitektur global, transformasi digital, dan transisi energi,” ungkap Ma’ruf.

Ma’ruf memberikan pemaparan bahwa kemajuan ketiga sektor prioritas tersebut dapat diwujudkan, apabila seluruh elemen bangsa Indonesia bersinergi dan mendorong tumbuhnya inovasi.
“Kita harus mampu melahirkan inovasi-inovasi serta gagasan-gagasan baru dan segar untuk memuluskan jalan menuju pemulihan ekonomi global,” papar Wapres yang juga merupakan Ketua Dewan Penasehat IAEI tersebut.
Ma’ruf juga menyoroti kondisi perekonomian global yang masih dalam perjalanan menuju pemulihan, dengan berbagai resiko yang masih terus mengikuti.
“Kita tidak menampik bahwa pemulihan ekonomi global masih terus dibayangi dengan berbagai resiko akibat kejadian-kejadian luar biasa. Mulai dari krisis iklim hingga peperangan yang turut mendisrupsi pasokan pangan dan energi dunia. Bahkan, memicu laju inflasi dan mencapai rekor tertinggi di berbagai negara,” pungkas Ma’ruf.