oleh : Lita Edia (Direktur Sekolah RA & SDIT Amal Mulia)

Beberapa tahun lalu, saya termasuk sosok yang menentang secara garis keras untuk mengajarkan calistung pada anak di usia dini. Walaupun demikian, saya menjadi penggiat untuk menumbuhkan minat baca melalui stimulasi membacakan buku pada anak. Artinya, saya tidak anti sama sekali.
Saya setuju jika anak belajar calistung dengan cara dan tahapan yang benar serta lebih memberi perhatian kepada minat, daripada soal mampu (bisa membaca). Demikian juga soal berhitung. Yang penting anak suka pelajaran berhitung dengan aktivitas matematika yang sesuai dengan usianya.
Metode Montessori
Singkat cerita, akhirnya saya bertemu dan mengenal lebih dekat metode montessori. Melalui metode ini ternyata anak bisa belajar calistung dengan lebih luas dan lebih dalam di usianya yang masih dini.
Anak bisa mengenal konsep bilangan termasuk konsep ganjil genap, yang baru saya sadari bahwa saya baru mengerti konsepnya, ketika belajar montessori.
Saya juga baru tahu bahwa anak usia dini bisa belajar konsep penjumlahan secara konkrit, hingga tidak masalah jika ia diberi persoalan puluhan, ratusan, atau ribuan sekalipun. Selama dia memegang media untuk memahami persoalan itu secara konkrit.
Belajar montessori membuat saya mempelajari tahapan belajar, baik itu belajar membaca, menulis, maupun menghitung. Akan tetapi, apakah mengajarkan calistung yang ramah anak itu harus dengan metode montessori? Tentu jawabannya adalah tidak. Saya sekarang sudah anti kata “harus” dan “harusnya” dalam berbagai konteks. Jadi berpegang pada prinsipnya saja. Metode dan media bisa melalui banyak ragam.
Prinsip belajar calistung pada anak
Pertama, pastikan anak dapat menikmati prosesnya. Biasanya ini terjadi jika anak bisa memaknakan aktivitas belajarnya sebagai kegiatan bermain. Kedua, berikan fasilitas pada anak untuk menggunakan media konkrit dalam proses belajarnya. Misalnya untuk belajar menghitung, media itu bisa berupa sobekan kertas bekas, lidi, balok, kancing, sedotan, atau benda-benda yang lainnya. Ketiga, coba berikan aktivitas tersebut dalam bentuk penawaran, dan berhentilah saat ia ingin berhenti. Keempat, usahakan untuk menggunakan cara yang dapat membuat sang anak bisa mengecek kesalahannya sendiri. Jangan lupa untuk tahan diri kita untuk memberi kritik pada anak.
Tentunya, calistung hanya salah satu bagian dari proses belajar pada anak usia dini. Keseimbangan adalah hal yang perlu diperhatikan. Perhatikan juga aspek motorik, kosa kata anak, kemandirian, keterampilan sosialisasi, serta keterampilan lainnya.
Tidak mengapa jika kita mau mengajarkan calistung lebih dini, karena bermanfaat juga untuk minat belajar dan rasa percaya diri pada anak. Anak usia dini bisa belajar penjumlahan, pengurangan, perkalian, bahkan pembagian. Tentunya dengan tahapan sesuai usianya, bukan setingkat anak usia sekolah dasar. Yang penting adalah cara dan tahapannya benar, serta tumbuh minat besar untuk belajar pada diri anak.